Selasa, 11 Oktober 2011

Timbal / Plumbum (Pb)

Timbal (Pb)


Pengenalan
Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu (sekitar 6400 BC) hal ini disebabkan logam timbale terdapat diberbagai belahan bumi, selain itu timbale mudah di ekstraksi dan mudah dikelola.  Timah dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Lead” dengan symbol kimia “Pb”. Simbol ini berasal dari nama latin timbal yaitu “Plumbum” yang artinya logam lunak. Timbal memiliki warna putih kebiruan yang terlihat ketika logam Pb dipotong akan tetapi warna ini akan segera berubah menjadi putih kotor atau abu-abu gelap ketika logam Pb yang baru dipotong tersebut terekspos oleh udara. Timbal merupakan logam yang lunak, tidak bisa ditempa, memiliki konduktifitas listrik yang rendah, dan tergolong salah satu logam berat seperti halnya raksa timbale dapat membahayakan kesehatan manusia. Karena logam timbale berifat tahan korosi maka container dari timbale sering dipakai untuk menampung cairan yang bersifat korosif ataupun sebagai lapisan kontroksi bangunan.
Timbal memiliki empat isotop yang stabil yaitu 204Pb, 206Pb, 207Pb, dan 208Pb. Standar massa atom Pb rata-rata adalah 207,2. Sekitar 38 isotop pb telah diketemukan termasuk isotop sintesis yang bersifat tidak stabil. Isotop timbale dengan waktu paruh yang terpanjang dimiliki oleh 205Pb yang waktu paruhnya adalah 15,3 juta tahun dan 202Pb yang memiliki waktu paruh 53.000 tahun.
Timbal memiliki nomor atom 82 dan nomor massa 207,2. Dengan nomor atom 82 maka timbale memiliki konfigurasi electron [Xe] 4f14 5d10 6s2 6p2 dengan jumlah electron tiap selnya adalah 2, 8, 18, 32, 18, 4. Timbal berada pada golongan IVA (14) bersama dengan C, Si, Ge, dan Sn, periode 6 dan berada pada blok s. Gambar susunan kulit pada timbale adalah:
gambar

Sumber Timbal
Timbal tidak ditemukan bebas dialam akan tetapi biasanya ditemukan sebagai biji mineral bersama dengan logam lain misalnya seng, perak, dan tembaga. Sumber mineral timbale yang utama adalah “Galena (PbS)” yang mengandung 86,6% Pb, “Cerussite (PbCO3)”, dan “Anglesite (PbSO4). Kandungan timbale dikerak bumi adalah 14 ppm, sedanngkan dilautan adalah:
  • Permukaan samudra atlantik            : 0,00003 ppm
  • Bagian dalam samudra atlantik           :        0,000004 ppm
  • Permukaan Samudra pasifik               :        0,00001 ppm
  • Bagian dalam samudra pasifik            :        0,000001 ppm

Galena

Galena adalah mieral timbal yang amat penting dan paling banyak tersebar di penjuru belahan bumi dan umumnya berasosiasi dengan mineral lain seperti sphalerite, calcite, dan flourite. Deposit galena biasanya mengandung sejumlah tertentu perak dan juga terdapat seng, cadmium, antimoni,arsen, dan bismuth, sehingga umumnya produksi timbal dari galena menghasilkan juga logam-logam tersebut.
Warna galena adalah abu-abu mengkilap dan formulanya adalah PbS. Struktur kristalnya kubik dan oktahedral dan spesifik graviti 7,2 – 7,6.
http://www.mindat.org/gallery.php?cform_is_valid=1&min=233&cf_pager_page=2
Cerrusite


 Cerrusite merupakan salah satu mineral timbal yang mengandung timbal karbonat dan menjadi sumber timbal yang utama setelah galena. Mineral ini juga terdapat dalam bentuk granular yang padat atau benbentuk fibrous. Warnanya umumnya tidak berwarna, hingga putih, abu-abu, biru, atau hijau dengan penampakkan darai transparan hingga translusen. Mineral ini bersifat getas tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam asam encer seperti asam nitrat. Dan spesifik gravitinya 6,53-6,57.

Kristal kerusit biasanya memiliki penampilan yang terang dan halus. Kerusit juga terdapat dalam bentuk kelompok butiran yang kompak, atau kadang-kadang dalam bentuk serat. Biasanya kerusit berwarna putih atau tidak berwarna, kadang-kadang juga abu-abu atau kehijauan. Mineral ini sangat rapuh, dan memiliki retakan konkoid. Mineral ini memiliki tingkat kekerasan 3 hingga 3.75 dalam skala Mohs, dan massa jenis 6.5 g/cm3. Iglesiasit adalah kerusit yang memiliki kandungan 7% seng karbonat, dinamai menurut tempatnya ditemukan, yaitu Iglesias di Sardinia.

Senyawa ini dikenali melalui pengembarannya yang khas, serta sifat pemantulan cahayanya yang disebut adamantine lustre, serta massa jenisnya yang tinggi. Mineral ini tidak larut dalam air, namun larut dalam asam nitrat encer berbuih. Dalam tes blowpipe, mineral ini melebur dengan cepat, yang mengindikasikan kandungan timbal.

Anglesite
      

 

  Anglesite merupakan mineral timbal yang mengandung timbal sulfat PbSO4. Mineral ini terjadi sebagai hasil oksidasi mineral gelena akibat pengaruh cuaca. Warna mineral ini dari putih, abu-abu, hingga kuning, jika tidak murni maka warnanya abu-abu gelap. Mineral ini memiliki spesifik grafiti 6,3 dengan kandungan timbal sekitar 73%.

Anglesite adalah transparan ke tembus batu. Hal ini berkisar dalam warna dari putih, kuning, hijau abu-abu, pucat, coklat, biru dan tidak berwarna. Ini mungkin menjadi warna abu-abu gelap jika tidak murni. Anglesite paling sering tidak berwarna atau berwarna kuning dengan semburat sedikit. Kadang-kadang batu ungu atau hitam. Warna hitam adalah karena inklusi dari galena. Anglesite terjadi pada cuaca deposit bijih timah, yang dibentuk oleh oksidasi deposit galena. Hal ini sebenarnya ditemukan sebagai pelapis, atau kerak pada galena, dan dapat menjadi massa sekitar inti galena, atau kristal, yang mengisi rongga-rongga dari galena. Anglesite sering bingung dengan Kerusit, wulfenite, smithsonite mimetite, pyromorphite, dan limonit.

Anglesite adalah bagian dari kelompok barit. Ini saham struktur yang sama seperti barit, dan memiliki kristal yang mirip yang biasanya ditemukan sebagai pisau datar atau kolom independen menonjol dari batu. Namun, anglesite adalah 50% lebih padat daripada barit sudah berat, karena kandungan timbal, yang adalah 74%. Beberapa permata anglesite terbaik datang dari Tsumeb, Namibia, tempat yang tinggi-kilau, berlian berbentuk deposito berukuran seluas 20 inci telah ditemukan.
Situs lain dari anglesite termasuk Broken Hill, Australia, Leadhills, Skotlandia, Cumbia, Inggris, Rhine-Westphalia Utara, Jerman, Provinsi Cagliari, Sardinia, dan Oujda, Maroko. Anglesite juga ditemukan di berbagai lokasi di Amerika Serikat, seperti Chester County, Pennsylvania, Dividen, Utah, dan Bingham, New Mexico. Yang paling sangat berharga anglesite kristal berasal dari Tsumeb, Namibia, dan Toussit, Marok

Sphalerite, Galena, Quartz, Siderite and Ankerite. Wellhope Shaft, Nentsbury Haggs Mine, Alston Moor, Cumbria. 6 x 4 cm


Cara Memproduksi Timbal
Pada umumnya biji timbale mengandung 10% Pb dan biji yang memiliki kandungan timbale minimum 3% bisa dipakai sebagai bahan baku untuk memproduksi timbale. Biji timbale pertama kali dihancurkan dan kemudian dipekatkan hingga konsentrasinya mencapai 70% dengan menggunakan proses “froth flotation” yaitu proses pemisahan dalam industri untuk memisahkan material yang bersifat hidrofobik dengan hidrofilik.
Kandungan sulfide dalam biji timbale dihilangkan dengan cara memanggang biji timbale sehingga akan terbentuk timbale oksida (hasil utama) dan campuran antara sulfat dan silikat timbal dan logam-logam lain yang ada dalam biji timbale. Pemanggangan ini dilakukan dengan menggunakan aliran udara panas. Reaksi yang terjadi adalah:
MSn + 1.5nO2 ? MOn + nSO2.
Timbal oksida yang terbentuk direduksi dengan menggunakan alat yang dinamakan “blast furnace” dimana pada proses ini hampir semua timbale oksida akan direduksi menjadi logam timbale. Hasil timbale dari proses ini belum murni dan masih mengandung kontaminan seperti Zn, Cd, Ag, Cu, dan Bi. Timbal oksida yang tidak murni ini kemudian dicairkan dalam “furnace reverberatory” dan di treatment menggunakan udara, uap, dan belerang dimana kontaminan akan teroksidasi kecuali perak, emas, dan bismuth. Kontaminan ini akan terapung pada bagian atas sehingga dapat dipisahkan. Logam silver dan emas dipisahkan dengan menggunakan proses Parkes, dan bismuthnya dihilangkan dengan menggunakan logam kalsium dan magnesium. Hasil logam yang dihasilkan dari keseluruhan proses ini adalah logam timbale. Logam timbale yang sangat murni diperoleh dengan cara elektrolisis meggunakan elektrolit silica flourida.
Sifat Timbal
Sifat Fisika
  • Fasa pada suhu kamar              : padatan
  • Densitas                                   : 11,34 g/cm3
  • Titik leleh                                  : 327,5 0C
  • Titik didih                                 : 17490C
  • Panas Fusi                                : 4,77 kJ/mol
  • Panas Penguapan                      : 179,5 kJ/mol
  • Kalor jenis                                : 26,650 J/molK
Sifat Kimia
  • Bilangan oksidasi                      : 4,2,-4
  • Elektronegatifitas                      : 2,33 (skala pauli)
  • Energi ionisasi 1                        : 715,6 kJ/mol
  • Energi ionisasi 2                        : 1450,5 kJ/mol
  • Energi ionisasi 3                        : 3081,5 kJ/mol
  • Jari-jari atom                            : 175 pm
  • Radius ikatan kovalen               : 146 pm
  • Jari-jari Van Der Waals            : 202 pm
  • Struktur Krista  l                       : kubik berpusat muka
  • Sifat kemagnetan                      : diamagnetik
  • Resistifitas termal                      : 208 nohm.m
  • Konduktifitas termal                  : 35,3 W/mK
Sifat Timbal yag lain
Berbagai macam timbale oksida mudah direduksi menjadi logamnya. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan reduktor glukosa, atau mencampur antara PbO dengan PbS kemudian dipanaskan.
PbO + PbS                 3 Pb + SO2
Logam Pb tahan terhadap korosi, jika kontak dengan udara maka akan segera terbentuk lapisan oksida yang akan melindungi logam Pb dari proses oksidasi lebih lanjut.
Logam Pb tidak larut dalam asam sulfat maupun asam klorida, melainkan larut dalam asam nitrat dengan membentuk gas NO dan timbale nitrat yang larut.
3Pb + 8H+  + 8 NO3-               2 Pb2+  + 6 NO3- + 2NO + 4HO
Bila dipanaskan dengan nitrat dari logam alkali maka logam timbale akan membentuk PbO yang umumnya disebut sebagai litharge. PbO adalah representasi dari timbale dengan biloks 2 PbO larut dalam asam nitrat dan asam asetat. PbO juga larut dalam larutan basa membentuk garam
plumbit.
PbO + 2OH- + H2O              Pb(OH)24-
Klorinasi terhadap larutan diatas menghasilkan timbale dengan biloks 4.
Pb(OH)24- + Cl2               Pbo2 + 2Cl- + 2H2O
PbO2 adalah representasi dari timbale dengan biloks 4 dan merupakan agen pengoksidasi yang kuat. Karena PbO larut dalam asam dan basa maka PbO bersifat amfoter. Senyawa timbale dengan dua macam biloks juga ada yaitu Pb3O4 yang dikenal dengan nama minium.

Manfaat Timbal
  • Timbal digunakan dalam accu dimana accu ini banyak dipakai dalam bidang automotif.
  • Timbal dipakai sebagai agen pewarna dalam bidang pembuatan keramik terutama untuk warna kuning dan merah.
  • Timbal dipakai dalam industri plastic PVC untuk menutup kawat listrik.
  • Timbal dipakai sebagai proyektil untuk alat tembak dan dipakai pada peralatan pancing untuk pemberat disebakan timbale memiliki densitas yang tinggi, harganya murah dan mudah untuk digunakan.
  • Lembaran timbale dipakai sebagai bahan pelapis dinding dalam studio musik
  • Timbal dipakai untuk pelindung alat-alat kedokteran, laboratorium yang menggunakan radiasi misalnya sinar X.
  • Timbal cair dipergunakan sebagai agen pendingin dalam peralatan reactor yang menggunakan timbale sebagai pendingan.
  • Kaca timbale mengandung 12-28% Pb dimana dengan adanya Pb ini akan mengubah karakteristik optis dari kaca dan mereduksi transmisi radiasi.
  • Timbal banyak dipakai untuk elektroda pada peralatan elektrolisis.
  • Timbal digunakan untuk solder untuk industri elektronik.
  • Timbal dipakai dalam berbagai kabel listrik bertegangan tinggi untuk mencegah difusi air dalam kabel.
  • Timbal ditambahkan dalam peralatan yang terbuat dari kuningan agar tidak licin dan biasanya digunakan dalam peralatan permesinan.
  • Timbal dipakai dalam raket untuk memperberat massa raket.
  • Timbal karena sifatnya tahan korosi maka dipakai dalam bidang kontruksi.
  • Dalam bentuk senyawaan maka tetra-etil-lead dipakai sebagai anti-knock pada bahan bakar.
  • Semikonduktor berbahan dasar timbale banyak seperti Timbal telurida, timbale selenida, dan timbale antimonida dipakai dalam peralatan sel surya dan dipakai dalam peralatan detector inframerah.
  • Timbal biasanya dipakai untuk menyeimbangkan roda mobil tapi sekarang dilarang karena pertimbangan lingkungan.
Senyawaan Timbal
Senyawaan timbale yang umum adalah PbN6 timbal azida, timbale bromat Pb(BrO3)2.2H2O, timbale klorida PbCl2, timbale(II)oksida PbO, Pb(NO3)2, Pb3O4, Pb(C2H5)4, dan Pb(CH3)4

Tetra Etil Lead (TEL)

Tetra etil lead disingkat sebagai TEL adalah senyawa organometalik yang memiliki rumus Pb(Ch3CH2). Senyawa ini disintesis dengan mereaksikan antara alloy NaPb dengan etl klorida dengan reaksi sebagai berikut:
4 NaPb + 4 CH3CH2Cl ? (CH3CH2)4Pb + 4 NaCl + 3 Pb

TEL yang dihasilkan berupa cairan kental tidak berwarna, tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam benzena, petroleum eter, toluena, dan gasoline. TEL dipakai sebagai zat “antiknocking” pada bahan bakar. TEL jika terbakar tidak hanya menghasilkan CO2 akan tetapi juga Pb.
(CH3CH2)4Pb + 13 O2 ? 8 CO2 + 10 H2O + Pb
Pb akan terakumulasi dalam mesin sehingga dapat merusak mesin. Oleh sebab itu ditambahkan 1,2-dibromoetana dan 1,2-dikloroetana bersamaan dengan TEL sehingga akan dapat dihasilkan PbBr2 dan PbCl2 yang dapat dibuang dari mesin. Karena efek racun terhadap manusia maka TEL sekarang tidak boleh dipergunakan.

Timbal(II) Klorida PbCl2
PbCl2 merupakan salah satu reagen berbasis timbale yang sangat penting disebabkan dari senyawa ini dapat dibuat berbagai macam senyawa timbale. Banyak digunakan sebagai bahan untuk mensintesis timbale titanat dan barium-timbaltitanat, untuk produksi kaca yang menstransimisikan inframerah, dipakai untuk memproduksi kaca ornament, untuk bahan cat dan sebagainya. PbCl2 dibuat dari beberapa metode yaitu dengan proses pengendapan senyawa Pb2+ dengan garam klorida, atau dengan mereaksikan PbO2 dengan HCl.
PbO2(s) + 4 HCl ? PbCl2(s) + Cl2 + 2 H2O
Atau dibuat dari logam Pb yang direaksikan dengan gas Cl2
Pb + Cl2 ? PbCl2
Timbal membentuk berbagai macam kompleks dengan klorida. PbCl2 jika dilarutkan dalam HCl berlebih akan membentuk kompleks PbCl42-. PbCl2 larut juga dalam air panas.
Pb2+  + Cl-    ->       PbCl+
PbCl+  + Cl-     ->       PbCl2
PbCl2  + Cl-    ->        PbCl3-
PbCl3-  + Cl-     ->     PbCl42-

PbO2
Nama kimianya adalah Plumbi oksida atau Timbal(IV) oksida merupakan oksida timbale dengan biloks 4. PbO2 ada dialam sebagai mineral plattnerite. PbO2 bersifat amfoter dimana dapat larut dalam asam maupun basa. Jika dilarutkan dalam basa kuat akan terbentuk ion plumbat dengan rumus Pb(OH)62-. Dalam kondisi asam maka biasanya tereduksi menjadi ion Pb2+. Ion Pb4+ tidak pernah diketemukan dalam larutan. Penggunaan PbO2 yang utama adalah sebagai katoda dalam accu.

Pb3O4
Dikenal dengan nama timbale tetroksida, minium, atau triplumbi tetroksida. Berupa zat padat berwarna merah atau oranye. Rumus umumnya adalah Pb3O4 atau 2PbO.PbO2. Memiliki titik leleh 500oC dimana pada suhu ini Pb3O4 terdekomposisi menjadi PbO dan oksigen. Pb3O4 ini banyak dipergunakan oleh industri penghasil baterai, kaca timbale, dan cat anti korosi. Senyawa timbale ini tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam HCl, asam asetat glacial, dan campuran antara asam nitrat dan hydrogen peroksida. Pb3O4 dibuat dari proses kalsinasi dari PbO2 dengan kehadiran oksigen pada suhu 450-4800C.
6 PbO + O2     ->     2 Pb3O4
Atau dengan proses pemanasan timbale karbonat dengan kehadiran udara.
6 PbCO3  + O2     ->     2 Pb3O4 + 6 CO2
Atau dengan menggunakan reaksi:
3 Pb2CO3(OH)2  + O2       ->      2 Pb3O4  +  3 CO2  +  3 H2O
Dalam bentuk larutan maka Pb3O4 dapat dibuat dengan menggunakan larutan kalium plumbat dan timbale asetat :
K2PbO3  + 2 Pb(CH3COO)2 + H2O       ->      2 Pb3O4  + 3 CO2  + 3 H2O
Setelah disaring maka akan dihasilkan padatan warna kuning timbale tetroksida monohidrat, Pb3O4.H2O dengan pemanasan maka akan dihasilkan bentuk anhidratnya.

Timbal(II) Nitrat
Memiliki rumus kimia Pb(NO3)2. Timbal(II) nitrat umumnya merupakan kristal yang tidak berwarna atau berbentuk bubuk putih, dibandingkan dengan garam timbal yang lain maka gram timbal ini sangat mudah larut dalam air. Timbal(II) nitrat sangat bersifat racun terhadap manusia dan merupakan oksidator.
Cara membuat timbal nitrat adalah dengan melarutkan logam Pb pada larutan asam nitrat atau dengan melarutkan PbO dalam asam nitrat.
3 Pb (s) + 8 H+ (aq) + 2 NO?3 (aq) -> 3 Pb2+ (aq) + 2 NO (g) + 4 H2O (l)
PbO (s) + 2 H+ (aq) -> Pb2+ (aq) + H2O (l)
Larutan Pb(NO3)2 bereaksi dengan KI mebentuk PbI2 yang berwarna kuning. Intensitas warna kuning ini tergantung dari banyaknya jumlah reaktan yang digunakan.
Pb(NO3)2 (s) + 2 KI (s) ?->PbI2 (s) + 2 KNO3 (s

Mineral

Mineral Batu Bara

Pada periode Carboniferus 360 juta tahun yang lalu, sebagian besar daratan berupa rawa-rawa yang ditumbuhi hutan pohon pakis-pakisan. Pohon yang mati dan tertimbun tidak membusuk secara sempurna membentuk Peat (tanah gambut) dan cikal batubara. Karena terkubur lebih tebal dan perubahan tekanan, akhirnya berubah menjadi lignite. Timbunan yang makin tebal menyebabkan menjadi bentominous dan lebih lanjut menjadi anthracite.
Terbentuknya batubara jauh dimulai pada awal sejarah planet bumi, sebelum manusia lahir di bumi. Beberapa juta tahun yang lalu sebagian besar permukaan bumi tertutup air. Daratan pada umumnya rendah dan ditutupi rawa-rawa. Rawa-rawa tersebut ditumbuhi dengan sangat lebat oleh tumbuh-tumbuhan jenis paku-pakuan besar, ganggang dan varietas pohon-pohon besar yang sudah punah saat ini. Dari fosil yang ditemukan, pohon ini bisa mempunyai tinggi 30 meter lebih dan diameter batang sekitar 2 meter. Pohon-pohon tersebut mati dan makin tertimbun oleh pohon-pohon yang tumbuh berikutnya sehingga makin lama makin tertumpuk terkadang bisa mencapai ketebalan 30 meter, air rawa tersebut menutupi tumpukan bahan tersebut, tidak mengandung cukup oksigen untuk terjadinya pembusukan pohon-pohon tersebut, secara perlahan pohon-pohon tersebut berubah menjadi peat, cikal bakal batubara.
Dengan berjalannya waktu karena terjadinya gerakan kulit bumi, rawa-rawa tersebut tertutup laut dan mengalami pengendapan dari sedimentasi berlapis. Makin tebal sedimen menyebabkan tekanan dan temperatur yang tinggi, menyebabkan peat tumbuhan tersebut berubah menjadi batubara. Diperkirakan anthracite (batubara yang paling tua) terbentuk sekitar 80 juta tahun.
Daerah eksplorasi batubara tim GeoAtlas antara lain di Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Pada beberapa daerah eksplorasi GeoAtlas, potensi batubara yang berada di daerah perbukitan dan pegunungan cenderung memiliki dip (kemiringan) lebih dari 65 derajat, kalori mencapai lebih dari 7000, namun dengan kuantitas yang tidak banyak. Kebanyakan formasi batubara ini terputus dengan adanya perubahan struktur, sehingga kuantitas batubara tersebut tidak mencukupi untuk kebutuhan yang besar. Lokasi seperti ini dapat dijumpai di lokasi eksplorasi GeoAtlas di Bengkulu Tengah - Bengkulu serta Kutai Kartanegara - Kalimantan Timur. Potensi batubara yang terdapat di sedimentasi dapat berupa hamparan luas dengan dip (kemiringan) kurang dari 20 derajat, kalori mencapai 5000 - 6000, dengan kuantitas yang banyak. Dengan demikian, kuantitas batubara tersebut dapat mencukupi kebutuhan yang besar. Lokasi seperti ini dapat dijumpai di lokasi eksplorasi GeoAtlas di Tanah Laut, Kalimantan Selatan.





Mineral Bijih Besi
Bijih besi di alam terbentuk dalam mineral magnetit, hematite, limonite, pyrite dan Cromite. Pada mineral-mineral tersebut, kandungan besi bisa mencapai 70%. Bijih besi ini banyak digunakan dalam industri besi dan baja dan sering diekspor dari Indonesia ke China. Mineral bijih besi di Indonesia, banyak terdapat sebagai metasomatik kontak, berupa bolder besar yang terpendam dan tersingkap secara acak. Model seperti ini tidak bisa diinterpretasikan dip (kemiringan) lapisannya, sehingga survei geofisika mutlak diperlukan untuk menggambarkan kondisi bawah permukaannya. Jika dipergunakan uji pengeboran coring, maka interpretasi hanya terbatas di lokasi sekitar bor dan tidak dapat dikorelasikan antara titik uji pengeboran yang berjauhan.
Mineral magnetit banyak dijumpai di Indonesia. Hampir di semua lahan eksplorasi bijih besi GeoAtlas dijumpai jenis mineral ini. Ciri yang sangat khas dan visual pada mineral ini adalah sangat berat dan menempel pada magnet. Rata-rata mineral magnetit di Indonesia dapat mengandung unsur besi lebih dari 60% sehingga layak jual sebagai komoditas ekspor.
Mineral hematite berupa pasir berwarna merah sedangkan limonite berwarna coklat atau kuning. Pada mineral pyrite, unsur besi berasosiasi dengan sulfida. Mineral-mineral tersebut cenderung tidak menempel magnet seperti mineral magnetit. Daerah eksplorasi bijih besi tim GeoAtlas antara lain Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jambi, Lampung dan Kalimantan Selatan.


Mineral Mangan
Mangan di alam berupa logam berwarna putih-kelabu dan mudah teroksidasi, diantaranya terdapat dalam bentuk MnO3. Mangan banyak digunakan dalam industri besi dan baja serta baterai. Batuan mangan bisa dikatakan layak jual di pasaran internasional jika minimal mengandung sekitar 35% unsur mangan. Batuan mangan Indonesia saat ini kebanyakan diekspor untuk memenuhi kebutuhan industri di China.
Berdasarkan pengalaman tim GeoAtlas, sebagian besar mineral mangan banyak dijumpai di sekitar batugamping atau batuan malihan yang sangat keras. Mangan tersebut membentuk suatu jalur di antara rekahan batugamping atau berupa bolder di antara batuan malihan yang keras. Singkapan mineral mangan ini bisa terlihat di lereng bukit dan tepian sungai di batuan malihan atau di antara jalur rekahan batugamping.
Sisipan mangan di lingkungan batugamping cenderung membentuk jalur rekahan dalam jumlah besar, sehingga layak dilaksanakan eksploitasi tambang skala menengah. Mineral di lingkungan batugamping tersebut cenderung didominasi mangan saja dan tidak terdapat mineral lain yang dapat mengisi jalur rekahan tersebut. Sedangkan di lingkungan batuan metamorf, tidak hanya mangan saja yang tersingkap, namun terdapat juga bijih besi dan galena, namun ketiganya tidak terdapat dalam jumlah yang besar, sehingga lebih sesuai untuk pertambangan skala kecil atau pertambangan rakyat.
Metode eksploitasi mangan, umumnya menggunakan peledakan atau membuat suatu jalur bawah tanah (terowongan) diantara rekahan batuan gamping. Sedangkan di lingkungan batuan malihan dapat membuka singkapan mangan menggunakan alat berat kemudian diambil secara tradisional. Daerah eksplorasi mangan Tim GeoAtlas antara lain berada di Tasikmalaya, Jawa Barat serta Jember, Jawa Timur



Mineral Tembaga
Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan.

Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3), dan azurit (Cu3(OH)2(CO3)2).

Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses hidrotermal atau metasomatisme.

Meskipun aluminium dapat digunakan untuk tegangan tinggi pada jaringan transmisi, tetapi tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan bawah tanah dan menguasai pasar kawat berukuran kecil, peralatan industri yang berhubungan dengan larutan, industri konstruksi, pesawat terbang dan kapal laut, atap, pipa ledeng, campuran kuningan dengan perunggu, dekorasi rumah, mesin industri non?elektris, peralatan mesin, pengatur temperatur ruangan, mesin?mesin pertanian.

Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan


Berkebun Jati


Penanaman jati memiliki persebaran yang cukup luas dalam perkembangannya, sebagian besar India, Myanmar, Laos, Kamboja, bagian barat Thailand dan Indo-cina. Pada lahan yang berbatu – batu, kekurangan air, sangat kering dan jelek aerasinya, termasuk juga tanah yang dangkal, pertumbuhan jati dapat menjadi bengkok dan bercabang rendah. Kondisi lingkungan yang baik untuk jati adalah daerah dengan musim kering yang nyata (meski bukan syarat mutlak), memiliki curah hujan berkisar 1200-3000 mm/tahun.
Meskipun membutuhkan musim kemarau yang nyata, tetapi musim kemarau yang terlalu kering dan lama akan menjadi faktor pembatas persebaran jati. 2.2. Pengumpulan Benih Jati Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memperoleh benih jati yang baik, yaitu; 1. Pohon induk yang dipilih harus memiliki penampakan luar (fenotip) pohon yang unggul dan baik yaitu sehat, lurus, berbatang silindris, pertajukan rindang, mempunyai batang bebas cabang yang tinggi dan sebagainya. 2. Pohon induk dipilih dari sumber benih yang baik bisa dari kebun benih, Tegakan Benih, maupun Areal Produksi Benih (APB) yang telah ditunjuk ataupun dari pohon terseleksi (pohon plus), atau dari hutan jati alam/tegakan alam. 3. Pada tanah dengan bonita (tingkat kesuburan tanah) yang baik, pengumpulan benih dapat dimulai pada tegakan umur 20 tahun, tetapi untuk tanah dengan bonita rendah, pengumpulan benih dilakukan pada tegakan berumur 30 tahun. 4. Ciri benih yang telah masak adalah warna kulitnya coklat dengan kadar air antara 10 -13%.Penentuan Lokasi Persemaian Lokasi yang dipilih untuk persemaian harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain sebagai berikut : 1. Letak Letak persemaian tergantung dari fungsi pembuatan persemaian apakah persemaian yang akan dibuat tersebut termasuk persemaian permanen ataukah persemaian sementara. Untuk persemaian permanen letak lokasi persemaian harus memperhatikan beberapa hal yaitu : dekat dengan sumber air yang dapat mensuplai air sepanjang musim, dekat dengan sarana angkutan bibit (jalan).
Tanah harus mempunyai tekstur yang baik yaitu mempunyai 10 liat, 15% silt, dan 75% pasir. Untuk menciptakan kondisi tanah yang ideal diperlukan beberapa perlakuan antara lain pengolahan tanah (dicangkul) untuk mengurangi tingkat kemasaman tanah dan pembuatan saluran untuk menghindari penggenangan air.
Label yang memadai untuk memberikan informasi yang jelas dari perlakuan yang digunakan dan tanggal pelaksanaan. • Media yang sesuai untuk stek, yaitu media yang mampu menahan kelembaban air, cukup aerasi dan dapat menahan dengan baik kedudukan stek yang ditanam (media stek yaitu pasir, kompos, dan topsoil dengan perbandingan 2:2:1). • Fasilitas penunjang diperlukan untuk memproduksi stek dalam jumlah besar dan jangka panjang, antara lain adalah pengaturan suhu, pengaturan naungan, pengaturan ventilasi, pengaturan penyiraman, dan pengaturan kelembaban ruangan yang dijalankan secara otomatis merupakan suatu hal yang menunjang keberhasilan pembuatan stek. 2. Medium stek Umumnya media yang digunakan untuk penyetekan adalah media yang mampu menahan kelembaban air, cukup aerasi dan dapat menahan dengan baik kedudukan stek yang ditanam. Media tersebut dapat menggunakan pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1 atau menggunakan pasir, kompos dan topsoil dengan perbandingan 2:2:1. Penempatan medium stek dapat menggunakan bak stek atau langsung menggunakan polybag yang selanjutnya ditempatkan pada bak stek permanen. 3. Metode Pengguntingan Stek Pengguntingan dilakukan pada tunas – tunas yang tegak (orthotrop) pengguntingan pada setiap sumbu pokok atau tunas dilakukan pada sekitar 1 cm diatas mata/nodum (duduk daun) karena zat auksin yang membantu pertumbuhan jaringan baru terletek di bawah nodum tersebut.


Sebelum mulai menanam pohon jati, ada beberapa tips/cara yang perlu kita perhatikan.
  • Pilihlah benih jati yang baik dengan ketentuan berdiameter 1-1,5 cm.
  • Jemur benih jati tersebut sampai betul-betul kering.
  •  Setelah bibit jati itu kering, rendamlah bibit tersebut dengan campuran air accu dan air tawar dengan perbandingan 1 : 10 ( air accu 1 liter perlu air tawar 10 liter ) selama 3 hari.
  • Selanjutnya benih jati tersebut diangkat dan ditiriskan atau ditus selama 0,5 sampai 1 hari.
  • Siapkan media / bedeng tabur ukuran sembarang, dan di sekelilingnya dibuatkan pembatas.
  • Setelah media / bedeng siap, taburkan benih jati tersebut di atas bedengan.
  • Setelah benih jati ditabur semua, kemudian benih tersebut kita timbun dengan pasir hitam/pasir bengawan setebal 1,5-2 cm.
  • kemudian kita tutup bedeng tersebut dengan plastic, kalau tidak ada plastic bias kita tutup dengan dedaunan.
  • Selama di dalam bedeng, benih tidak boleh kering harus diatur kelembabannya.
  • Kemudian kita tunggu selama 7 – 14 hari.
  • Kalau sudah berkecambah harus kita pindahkan ke polibek yang sebelumnya sudah kita siapkan.
  • Polibek yang kita siapkan berisi tanah, pupuk organic/kandang, dan rambut padi, dengan perbandingan 1 : 3 : 2

Warisan Anak Cucu

LESTARIKAN ALAM INI, WARISKAN ILMU INI.... UNTUK TEMAN, KAWAN DAN ANAK CUCU KITA......

Jangan pernah malas menunggu waktu, mari ayunkan kaki ini menggapai hari depan. Anggap saja kegiatan ini sebagai pensiun atau warisan untuk anak-anak kita. Mari kita galakkan penghijauan, minimal bermanfaat bagi kita dan alam ini.
 
Tanaman Jati 
  • Tanaman jati biasanya tumbuh di daerah berkapur, karena pada kondisi lahan ini akan menghasilkan kualitan kayu yang baik.
  •  Untuk menanam jati diperlukan jarak tanam antara 2 sampai 3 meter. Dalam 1 ha bisa ditanam sebanyak 900 - 1.100 pohon.
  • Jati adalah tanaman yang tahan bantingan, dengan kondisi tanah yang keringpun mereka mampu bertahan, tanaman ini tidak memerlukan penanganan khusus.
  • Perhatian pada pertumbuhannya hanya dibutuhkan pada 2 - 3 tahun pertama, dengan memberinya pupuk setiap 4 atau 6 bulan sekali.  Bila dirasa pohon telah kokoh tanaman ini dapat dibiarkan tumbuh sendiri.
  • Sejak ditanam sampai tahun ketiga selain pemberian pupuk pemotongan dahan-dahan yang  tidak diperlukanpun sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil batang tanaman jati yang lurus dan tidak banyak bercabang. Dengan pisau yang tajam batang yang tidak diperlukan dipotong dan bekas luka potongannya diberi ter / aspal cair atau cairan anti termite (bisa dibeli ditoko bangunan), Maksudnya agar bekas potongan tersebut tidak dimasuki hama penggerek yang bisa membuat pohon keropos didalamnya.  Apapun bentuk luka yang ada disarankan ditutup oleh cairan tersebut.
  • Penjarangan pohon. Dilakukan setalah jati berusia 5 dan 7 tahun. Artinya pada usia tersebut sebagian jati ditebang kira-kira sejumlah 20% (di tahun kelima) dan 10 % (ditahun ke tujuh), dengan maksud agar jarak pohon bisa semakin lebar dan pohon bisa mendapat mendapatkan sinar matahari dengan baik.
  • Berilah no urut pada jati-jati yang ditanam tersebut agar bisa dengan mudah kita mengontrol jumlah tanaman kita, saat kita inspeksi.
  • Yang penting diperhatikan pada perkebunan jati adalah penjagaannya. Dengan melibatkan penduduk setempat untuk menjaga dan merawat tanaman jati, kita dapat mensejahterakan mereka. Dengan itu mereka bisa mendapat hasil dari tanaman tumpang sari pada lahan tanaman jati tersebut. Berikan insentive kepada mereka, berupa pensiun sebesar 1% dari hasil panen bila pohon2 yang ditanam terjaga dengan baik. 
  • Bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat untuk penjagaan bersama terhadap tanaman jati kita, yaitu dengan membagi 1% dari hasil panen kepada kelurahan setempat.Jangan lupa pada saat memanen hasil, minta faktu (istilah pedagang kayu "SAKO") dari Pemerintah setempat sebagai surat jalan untuk mengangkut hasil panen kayu jati menuju tempat pengiriman, agar dijalan tidak terkena razia. 
  • Setelah tanaman berumur 7 tahun kita bisa menebang kayu jati sesuai kebutuhan.  Pada umumnya dipasaran kayu jati bisa mempunyai nilai ekomonis yang bagus dengan diameter minimum 30cm (kira-kira 12 - 15 tahun) tergantung mutu pemeliharaan.
Kendala terbesar adalah ilegal logging...... Minimalkan dengan menempuh langkah yang saya sarankan tersebut diatas.

MARILAH KITA BERSAMA-SAMA MELESTARIKAN ALAM SAMBIL MENIKMATI HASILNYA SEBAGAI WARISAN KEPADA ANAK-ANAK KITA NANTI.


atlanticearth@gmail.com.





Kebun Pala

P A L A ( Myristica Fragan Haitt )

Manfaat Tanaman Pala 
Pala dimanfaatkan sebagai rempah selain itu juga fungsinya sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik.

  1. Kulit batang dan daun : Batang/kayu pohon pala biasa disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar maupun bahan bangunan. Kulit batang dan daun tanaman pala dapat dihasilkan minyak atsiri.
  2. Fuli : Bagian dari Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman pala, disebut “bunga pala” berwarna kemerahan. Bunga pala ini memiliki kandungan minyak atsiri yang baik.
  3. Biji pala : Biji pala dimanfaatkan sebagai rempah-rempah. Biji buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Disamping itu sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah dan lain-lainya.
  4. Daging buah pala : Disebagian sentra pembudidayaan tanaman pala, daging buah pala diproses menjadi makanan ringan, seperti: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala, kristal daging buah pala, dll.

Persyaratan Tumbuh

1. Iklim
  1. Tanaman pala juga membutuhkan iklim yang panas dengan curah hujan yang tinggi dan agak merata/tidak banyak berubah sepanjang tahun.
  2. Suhu udara lingkungan 20-30 derajat C sedangkan, curah hujan terbagi secara teratur sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong jenis tanaman yang tahan terhadap musim kering selama beberapa bulan.
2. Media Tanam
  1. Tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur, subur dan sangat cocok pada tanah vulkasnis yang mempunyai pembuangan air yang baik. Tanaman pala tumbuh baik di tanah yang bertekstur pasir sampai lempung dengan kandungan bahan organis yang tinggi.
  2. Sedangkan pH tanah yang cocok untuk tanaman pala adalah 5,5 – 6,5. Tanaman ini peka terhadap gangguan air, maka untuk tanaman ini harus memiliki saluran drainase yang baik.
Pada tanah-tanah yang miring seperti pada lereng pegunungan, agar tanah tidak mengalami erosi sehingga tingkat kesuburannya berkurang, maka perlu dibuat teras-teras melintang lereng


Panen



Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun, jika perawatan intensif pada usia 4 tahun tanaman mulai belajar berbuah dan pada umur 10 tahun telah berproduksi secara menguntungkan. Produksi pada akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Pohon pala terus berproduksi sampai umur 60–70 tahun. Buah pala dapat dipetik (dipanen) setelah cukup masak (tua), yakni yaitu sekitar 6–7 bulan sejak mulai bunga dengan tanda-tanda buah pala yang sudah masak adalah jika sebagian dari buah tersebut tersebut murai merekah (membelah) melalui alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli warna merah. Jika buah yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3 hari, maka pembelahan buah menjadi sempurna (buah berbelah dua) dan bijinya akan jatuh di tanah. Di Daerah Banda, dikenal 3 macam waktu panen tiap tahun, yaitu: (1) panen raya/besar (pertengahan musim hujan); panen lebih sedikit (awal musim hujan) dan panen kecil (akhir musim hujan). Panen buah pala pada permulaan musim hujan memberikan hasil paling baik (berkualitas tinggi) dan bunga pala (fuli) yang paling tebal.

Sukses... selamat bertani Bro...